nulamongan.or.id. Lamongan – Momentum 17 Agustus adalah momentum bagaimana kemerdekaan Indonesia diraih setelah ratusan tahun terjajah oleh bangsa lain, momentum ini menjadi momen seluruh elemen bangsa Indonesia untuk sejenak menundukkan kepala, merefleksi diri, mengheningkan cipta untuk menghargai jasa para pahlawan bangsa. Tetapi tak hanya itu, sebagian kalangan yang aktif di organisasi PMII, 17 Agustus menjadi momen lahirnya ulama’ kharismatik yang juga termasuk salah satu pendiri PMII yang lahir di bumi Lamongan. Ulama’ tersebut adalah KH. Nuril Huda, salah satu penggagas berdirinya organisasi mahasiswa terbesar di Indonesia, tercatat bahwa berdirinya PMII tidak lepas dari pengaruh serta peran dari para mahasiswa Nahdliyyin serta kiai dan para ulama’.
KH Nuril Huda adalah putra asli kelahiran Kabupaten Lamongan yang lahir pada tanggal 17 Agustus 1939. Dan tepat pada hari ini beliau telah berumur 82 tahun.
“Mengenai KH Nuril Huda, beliau ketika pulang ke Lamongan selalu berpesan kepada kami selaku kader muda Nahdlatul ulama’ untuk serta merta memberikan gagasan pemikiran bahkan tenaganya untuk kemaslahatan umat melalui NU dan PMII”, cerita dari sahabat Syamsuddin (Alumni Ketua PC PMII Lamongan) ketika menemui beliau.
Banyak kader-kader muda NU yang mengagumi beliau, dengan umur yang tidak muda lagi beliau masih ingin berkumpul serta menghadiri kegiatan anak-anak PMII. Hal tersebut diceritakan oleh Syamsuddin Ketika ia sekadar berpamitan untuk melaksanakan kegiatan kaderisasi di tingkatan cabang melalui panggilan telepon, beliau langsung mengatakan untuk hadir di agenda tersebut, padahal jarak rumah beliau di Bekasi ke Lamongan ditempuh sekitar 8-9 jam.
Ini merupakan suatu contoh tauladan bagi kader muda NU dan kader-kader PMII yang masih aktif di organisasi untuk bisa meneladani ghiroh perjuangan beliau, apalagi beliau merupakan putra kelahiran Lamongan yang harus menjadi panutan bagi kader PMII dari semua tingkatan.
Dan tepat pada momentum hari ulang tahun kemerdekaan ini juga tepat dengan hari ulang tahun KH. Nuril Huda, harus menjadi suatu pelajaran tersendiri agar dapar selalu meningkatkan ghiroh berkebangsaan, memperjuangkan nilai-nilai persatuan dan kesatuan serta mempererat ukhuwah wathoniyah (tali persaudaraan sebangsa dan setanah air). (Habibi)