Monday, 07 October, 2024

Sego Langgi: Nasi Khas Masyarakat Sendang Manyambut Nisfu Sya’ban


Oleh:

Bustanul Habibi*

“What The Meaning Of Sego Langgi?”

hihihi kemenggres ya ternyata pertanyaannya.

Sebelum jauh memeperbincangkan Sego Langgi, Malam Nisfu Sya’ban adalah hal yang melekat dari tradisi tersebut. Malam Nifsu Sya’ban adalah malam yang istimewa, malam tersebut diyakini menjadi malam dilaporkannya amal manusia selama satu tahun sebelumnya. Pada malam Nisfu Sya‘ban atau malam tanggal 15 Sya’ban adalah malam segala takdir dan ketetapan, baik itu soal rezeki, usia, prestasi, maupun jodoh, ditulis dalam buku catatan takdir oleh Allah untuk tahun tersebut.

Sebab itu, dianjurkan untuk memperbanyak amalan sunnah pada malam tersebut.

Sego Langgi menjadi khasanah tersendiri di malam Nisfu Sya’ban, terkhusus di daerah Sendang komplek (desa Sendangduwur dan Sendangagung). Pasalnya setiap malam Nisfu Sya’ban dikenal pula sebagai malam Sego Langgi. Malam di mana masjid-masjid dan Musholla berkumandang setelah salat Maghrib, yang juga seluruh elemen masyarakat saling berbondong menuju masjid/musholla terdekat dengan riang gembira dan perasaan bertajub dag,dig,dug sebab terlintas pikiran bahwa sekejab lagi akan datang bulan Ramadan.

Suasana yang pasti tak dapat digambarkan lewat untaian tulisan. Mulai emak-emak yang saling berbondong ‘menggotong’ (membawa) talam, bapak-bapak yang ‘nyangking’ (membawa) buah-buahan, anak-anak yang menenteng jajan kresekan (jajanan dibungkus kresek). Sungguh suasana yang penuh keberkahan bukan?. Nah… yang dibawa emak-emak di talam/lengser itulah yang berisi Sego Langgi. Sego Langgi ini yang akan ditanjak (dimakan secara bersama) selepas ritual malam Nisfu Sya’ban.

Ritual yang diawali dengan salat maghrib berjamaah, yang biasanya anak-anak menyusul menjadi makmum masbuk sebab saling sudoh-sudohan jajan cangkingan (saling memperlihatankan jajan yang dibawa) hihihihi. Selepas salat maghrib dan wiridnya akan langsung dilanjut dengan membaca surat yasin sebanyak tiga kali diawali dengan wasilah kepada Nabi Muhammad SAW., Keluarga, Sahabat, Tabiin, dan Ulama’ dan disela-sela membaca yasin dilaksanakan doa dengan maksud meminta umur panjang, dijauhi dari musibah, dan diberi rezeki yang melimpah. Nah setalah itulah kadang dilanjut dengan kultum atau langsung ditutup dengan doa. Yang mana hal tersebut menandakan akan diserbunya Sego Langgi.

Nasi dalam talam diracik istimewa, yang konon katanya nasi ini menjadi kesukaan Mbah Raden Noer Rahmat Sunan Sendang. Nasi yang komposisinya lebih sedikit dari pada sayurnya (nasi yang berselimut sayur-sayuran), yang mana sayur sayur-sayuran tersebut terbuat dari 7 macam sayur dan pupus dedaunan yang dimasak dan dicampur aduk dengan sambal parut kelapa. Paduan banyaknya sayur dari pada nasinya yang membuat rasa khas dan istimewa dari Sego Langgi.

Sego Langgi sebagai tradisi makanan yang dibuat untuk memperingati malam Nisfu Sya’ban ini, sengaja dibuat oleh masyarakat setempat untuk shodaqoh ke setiap masjid/musholla. Hal tersebut dimaksudkan sebagai doa bil isyaroh agar diberi umur yang panjang, yang pasalnya shodaqoh itu dapat menambah umur. Dalam Sego Langhi tersebut terdapat 7 macam dedaunan yang dibuat sayur menandakan “Pitu-Pitulung” yang menyimpan khasanah arti bahwa hal tersebut dimaksudkan agar diberi pertolongan oleh Allah dan dijauhi dari segala macam musibah. Tak hanya itu pula, saling berbondong-bondongnya masyarakat untum membawa bawaan baik buah-buahan dan jajanan menandakan nikmat syukur atas rezeki yang berlimpah dari Allah SWT.

Tak hanya Sekadar Makanan, satu sisi yang menarik diperbincangkan dari Sego Langgi adalah historis tentang perjalanan Sunan Sendang dan Sunan Drajat yang dalam singkat ceritanya ditengah perjalanan beliau merasa lapar dan akhirnya mencabut wilus sejumlah 9 yang dibungkus daun jati langsung masak, alhasil bekas cabutan wilus tersebut ditandai dengan dibuatlah sumur yang biasa disebut masyarakat setempat “Sumur Leng Songo/Sumur Grombyang”. Konon pada malam Nisfu Sya’ban sumur tersebut mengeluarkan air jernih yang khasiatnya dipercaya serupa air Zam-zam, yang mana air tersebut juga biasa dijadikan minuman selepas makan Sego Langgi atau bahkan dibuat untuk memasak Sego Langgi.

Memang sungguh istimewa bukan? Sego Langgi dengan segala khasanah-khasanah dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, yang tak hanya terdapat dalam pembacaan 3 Surat Yasin dan doanya saja, akan tetapi juga tersirat dari tradisi dan kekayaan budaya yang ada.

Konsepsi tradisi dan kebudayaan yang cukup kaya nilai. Menurut Koentjoroningrat, nilai-nilai budaya terbagi menjadi tiga sekte, pertama terkait konsepsi manusia dengan tuhannya, kedua dengan sesama manusia, dan ketiga dengan alam. Ini juga sangat terlihat jelas bahwa tradisi Sego Langgi juga menyimpan nilai-nilai tersebut, mulai dari bacaan-bacaan yang menyadur nilai-nilai ketuhanan, konsepsi berbagi, bershodaqoh, dan kebersamaan yang menyadur nilai-nilai kemanusiaan, serta memakai simbol dedaunan yang juga menyadur konsepsi kealaman. Cukup unik bukan, tradisi Sego Langgi ini…… Tak hanya unik sih ya, tapi juga membuat para pembaca lapar dan ingin mencicipi kuliner khas satu tahunan ini.

* Waka I PMII Lamongan, Anggota Legian Lamongan

One comment on “Sego Langgi: Nasi Khas Masyarakat Sendang Manyambut Nisfu Sya’ban

Wijaya

Apakah sejarah ini tertulis dari hasil omongan opini semata, refrensi riel dari pelaku tradisi tempo dulu yang masih ada atau buku buku sejarah?. Sebab sejarah yang tak tertulis dulunya bisa saja dirubah sebagian dari orang-orang yang menceritakan. Trimakasih.

Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *