“Megengan itu tradisi punyanya NU” tutur Ali Manan mengawali penjelasannya dalam acara yang diselenggarakan oleh IPNU-IPPNU Kembangbahu. Pengurus MWC NU ini, didapuk sebagai pengisi acara dalam kegiatan yang dilaksanakan pada hari jumat (03/05/). Acara Megengan yang dikemas dalam kegiatan rutinan tahlil dan shalawat (RTS) diselenggarakan secara sederhana di gedung MWC NU kecamatan Kembangbahu.
Acara yang dihadiri oleh anggota PAC IPNU IPPNU kecamatan Kembangbahu itu dibuka dengan pembacaan tahlil dan shalawat. Acara disambung dengan penyampaian sambutan dari ketua IPPNU, baru kemudian diisi oleh Ali Manan sebagai pembicara yang sengaja diundang untuk menambah pengetahuan anggota IPNU IPPNU tentang tradisi-tradisi yang dilestarikan oleh NU.
“Megengan itu berasal dari bahasa Jawa. Pek dan geng. Dipegang jangan sampai kemana-mana”, ucap Ali Manan dengan intonasi yang mengundang tawa semua hadirin. “Apanya yang dipegang? yang dipegang itu nafsunya,” jelas beliau dalam acara yang diadakan H-3 bulan Ramadan.
“Yang mengawali tradisi Megengan itu Sunan Kalijaga. Pada zaman Majapahit dulu disebut ruwahan. Dalam acara ruwahan disediakan sesajen dengan tujuan mengirim arwah para leluhur. Oleh Sunan Kalijaga acara ini tidak dihilangkan melainkan diubah. Makanan yang disiapkan untuk acara ruwahan yang semula tidak boleh dimakan, oleh Sunan Kalijaga dalam acara Megengan diperbolehkan untuk memakan sebagai bentuk sedekah,” urai Ali Manan menjelaskan sejarah awal munculnya tradisi Megengan sebagai bentuk syukur dan suka cita menyambut bulan Ramadan.
Acara malam itu diakhiri dengan kegiatan makan tumpeng Megengan bersama secara talaman sesaat setelah doa dibacakan. Para hadirin dengan lahap menghabiskan hidangan sederhana yang sudah disediakan oleh panitia acara. (sholikhah)
Lamongan, 23 Ramadan 1440 H