nulamongan.or.id, Sarirejo- Gerakan pemuda Ansor sebagai salah satu organisasi kepemudaan, pelopor, penggerak dan pengemban program-program sosial kemasyarakatan diharapkan dapat berperan aktif menghasilkan kajian strategis yang memiliki konsern terhadap literasi anak.
Atas dasar pemikiran itu, Pimpinan Anak Cabang Gerakan Pemuda Ansor Sarirejo mengadakan pelatihan literasi pemuda sahabat anak. Kegiatan ini bersinergi dengan Deputi Pengembangan Pemuda, Kemenpora RI.
Pelatihan yang dilaksanakan di Balai Desa Dermolemahbang Sarirejo Lamongan ini (2/11/19) dihadiri seluruh Anggota Ansor se Kecamatan Sarirejo.
Hepi Ikmal, selaku ketua gerakan pemuda dalam sambutannya mengatakan, Kader Ansor harus konsen pada tumbuh kembangnya pendidikan anak. Sebagai pemuda, Kader penggerak, pemuda ansor harus menjadi lokomotif utama dalam menangkal radikalisme dan menumbuhkan nasionalisme di kalangan anak.
“Kita ini sebagai kader, memiliki peranan yang bermacam-macam, dan banyak yang sebagai guru, sebagai guru kita harus menunjukkan preferensi yang tepat kepada anak agar tidak terpapar radikalisme dan bisa menumbuhkan nasionalisme“, terangnya dalam sambutan
Sebagai narasumber dari pelatihan tersebut antara lain, Asesor Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak, Ahmad Hanif Fahruddin, Ketua Lembaga Kajian dan Sumber Daya Manusia NU Lamongan, Winarto Eka Wahyudi, serta praktisi pendidikan Islam MultikulturalMuhammad Asrori.
Mengutip pendapatnya KH Saifuddin Zuhri, Eka sebagai salah satu narasumber mengatakan bahwa spirit kebangsaan merupakan sesuatu yang natural instinctive. Sehingga menerutnya, kader Ansor ada atau tanpa instruksi dari pemerintah, akan menjaga keutuhan dan kesatuan bangsa.
“Bagi kader NU, antara kebangsaan dan keislaman sudah menyatu. Karena NU beserta perangkatnya seperti Ansor, akan selalu mengkader dengan seimbang antara menjadi muslim yang taat dan menjadi warga negara yang baik” ungkapnya
Selanjutnya, Asrori menambahkan bahwa radikalisme tumbuh subur jika masyarakat memiliki daya baca yang rendah. “semakin banyak asupan bacaan yang kita serap, terutama tentang sejarah, kita akan sulit terpapar radikalisme” imbuh kandidat doktor UNISMA ini.
Hanif dalam paparannya juga menegaskan bahwa kemampuan literasi mejadi kunci generasi kita di masa mendatang. Menurut dosen UNISLA ini, islam yang kelahirannya diawali dengan turunnya perintah iqra’ menandakan bahwa generasi kita harus melek literasi. (*)