nulamongan.or.id, Dadapan – PR GP Ansor Dadapan melaksanakan kegiatan Ngeruwat Desa Doa bersama sesepuh dan Masyayikh Desa Dadapan., dengan maksud mendoakan saudara-saudara kita yang gugur karena pandemi Covid-19, mendoakan sesepuh-sesepuh, juga dalam rangka meminta keselamatan untuk desa dan bangsa agar bisa terus kuat dan segera pulih dari cobaan Pandemi Covid-19.
Acara yang dilaksanakan di Perempatan Kantor NU ini dilaksanakan secara Hybrid dimana selain dilaksanakan tatap muka dengan tetap memperhatikan dan melaksanakan protokol kesehatan, acara ini juga dilaksanakan secara virtual guna mengakomodasi Warga NU yang tidak bisa hadir dikarenakan jumlah peserta yang terbatas karena mengikuti protokol kesehatan. Dalam kesempatan itu turur hadir K. Kasdono (Syuriah NU Ranting Dadapan), KH. Fattah Amin, S.Ag (Ketua Tanfidziah NU Ranting Dadapan), Ahmad Sukin, ST (Kepala Desa Dadapan), para pimpinan Mushollah, Pimpinan Banom NU dan Anggota GP ANSOR Dadapan.
Acara malam itu dibuka dengan pembacaan Burdah oleh MDS Rijalul Ansor, kemudian dilanjutkan sambutan masing-masing dari M. Muflikh (Ketua GP Ansor Ranting Dadapan), yang dalam penyampaiannya ” menegaskan bahwa momentum ini sebagai penegasan eksistensi dan peran GP Ansor Ranting Dadapan ditengah-tengah Masyarakat, Dan dikondisi apapun Kader GP Ansor Ranting Dadapan harus terus komitmen untuk selalu Jaga NKRI, Jaga NU, Jaga Kiyai dan Jaga Alumni ”
Sementara KH. Fattah Amin, S.Ag menyampaikan ” Pemuda Ansor harus terus konsisten menjadi motor penggerak NU, dan sebagai kader yang nantinya akan meneruskan tongkat estafet perjuangan maka dalam semangat berjuang harus dibarengi dan diimbangi dengan kapasitas Imtaq dan Iptek yang cukup. “
Disambutan yang terakhir Ahmad Sukin, ST (Kepala Desa Dadapan) ” menyampaikan bahwa pemerintah Desa akan terus berupaya untuk menanggulangi pandemi di Desa Dadapan, beliau juga menyampaikan bahwa Mulai bulan kemarin Desa sudah menggerakkan kader-kader Desa untuk turut serta dalam usaha tersebut. “
Acara dilanjutkan dengan Doa keselamatan dari masing-masing tokoh dan sesepuh. Dan ditutup dengan membagikan bubur sengkolo yang dalam tradisi jawa dulu adalah menu wajib dalam selametan ngeruwat Desa, dalam tradisi jawa Bubur sengkolo sendiri punya makna filososfis sebagai pembuang kesialan, penolak bala dan simbol manusia kembali kepada kesucian dan Doa kepada Allah SWT. ( Muflik )
