Tuesday, 16 April, 2024

Khutbah Jum’at: Kebodohan Penyebab Ekstrimisme-Radikalisme


Khutbah I  

الحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقَهُ الْقُرْآنُ، أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا (الأحزاب: ٧۰)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Takwa adalah sebaik-baik bekal untuk meraih kebahagiaan abadi di akhirat. Oleh karena itu, khatib mengawali khutbah yang singkat ini dengan wasiat takwa. Marilah kita semua selalu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala dengan melaksanakan semua kewajiban dan meninggalkan segenap larangan.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Allah subhanahu wata’ala berfirman:

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا (البقرة: ١٤٣)

Maknanya: “Dan demikian pula Kami telah menjadikan kalian (umat Islam) sebagai “umat pertengahan” (QS al Baqarah: 143).

Imam an Nasafi dalam Madarik at-Tanzil wa Haqa’iq at-Ta’wil atau yang biasa dikenal dengan Tafsir an-Nasafi menjelaskan tentang makna wasath dalam ayat di atas dengan mengatakan:

جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا بَيْنَ الْغُلُوِّ وَالتَّقْصِيْرِ فَإِنَّكُمْ لَمْ تَغْلُوْا غُلُوَّ النَّصَارَى حَيْثُ وَصَفُوا الْمَسِيْحَ بِالْأُلُوْهِيَّةِ وَلَمْ تُقَصِّرُوْا تَقْصِيْرَ الْيَهُوْدِ حَيْثُ وَصَفُوْا مَرْيَمَ بِالزِّنَا وَعِيْسَى بِأَنَّهُ وَلَدُ الزِّنَا

“Artinya, Kami (Allah) telah menjadikan kalian umat pertengahan antara sikap melampaui batas, dan sikap teledor dan meremehkan. Sesungguhnya kalian wahai umat Muhammad tidaklah melampaui batas seperti sikap kaum Nasrani yang menyifati ‘Isa dengan sifat ketuhanan, dan tidak pula bersikap merendahkan seperti sikap kaum Yahudi yang menuduh Maryam sebagai pelaku zina dan ‘Isa sebagai anak zina”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

خَيْرُ الأُمُوْرِ أَوْسَاطُهَا (رَوَاهُ الْبَيْهَقِيُّ فِي شُعَبِ الْإِيْمَان)

Maknanya: “Sebaik-baik perkara adalah perkara yang tengah” (HR al Baihaqi dalam Syu’ab al Iman)

Hadirin rahimakumullah,

Allah memuliakan umat Nabi Muhammad dengan menjadikan mereka umat yang wasath, tidak ekstrem kanan dan tidak ekstrem kiri, tidak melampaui batas yang digariskan oleh syariat dan tidak bersikap teledor sehingga berada di bawah garis yang ditentukan syariat. Islam mengajarkan kepada kita untuk membuang jauh-jauh ekstremisme dan terorisme. Penyebab ekstremisme dan terorisme adalah bersikap berlebih-lebihan dalam masalah agama. Dan penyebab sikap berlebih-lebihan dalam agama adalah kebodohan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّينِ، فَإِنَّهُ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمُ الْغُلُوُّ فِي الدِّينِ (رَوَاهُ أَحْمَدُ وَالنَّسَائِيُّ وَابْنُ مَاجَه)

Maknanya: “Wahai manusia, hindarkanlah diri kalian dari sikap berlebih-lebihan dalam agama, karena sesungguhnya yang membinasakan umat-umat sebelum kalian adalah sikap berlebih-lebihan dalam agama” (HR Ahmad, an-Nasa’i dan Ibn Majah).

Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam menjelaskan bahwa sebaik-baik perkara adalah sikap pertengahan, tidak melampaui batas yang digariskan syariat dan tidak berada di bawah batas yang digariskan oleh syariat. Berlebih-lebihan atau melampaui batas, baik dalam keyakinan, perbuatan atau perkataan akan memunculkan pada diri seseorang benih-benih kezaliman dan permusuhan. Benih kezaliman dan permusuhan inilah yang kemudian cepat membesar dan menghancurkan umat-umat terdahulu.

Sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud meriwayatkan bahwa suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dan diulang sampai tiga kali:

هَلَكَ المُتَنَطِّعُوْنَ (رَوَاهُ مُسْلِمٌ)

Maknanya: “Binasalah orang-orang yang yang melampaui batas” (HR Muslim)

Sikap ekstrem jelas tidak hanya membinasakan pelakunya tapi juga meluluhlantakkan sendi-sendi berbangsa dan bernegara. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, Oleh karena itulah, Allah ta’ala berfirman:

يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ وَلَا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ (النساء: ١٧١)

Maknanya: “Wahai Ahli Kitab! Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar” (QS an Nisa’: 171)

Ahlussunnah wal Jama’ah meyakini keyakinan yang moderat tentang Allah dan Rasul-Nya. Seorang Muslim tidaklah meyakini bahwa Allah bukanlah sesuatu dan tidak meyakini bahwa Allah adalah segala sesuatu. Akan tetapi seorang Muslim meyakini bahwa Allah tidak menyerupai segala sesuatu. Seorang Muslim tidak mengangkat derajat Nabi sampai ke derajat ketuhanan kemudian menyembahnya. Tidak juga menurunkan derajatnya sampai mengatakan beliau sama saja dengan seluruh makhluk. Seorang Muslim yang moderat tidak mengikuti pendapat Khawarij yang sangat mudah mengafirkan orang-orang yang tidak sependapat dan sepaham. Mereka bahkan mengafirkan seluruh pelaku dosa besar serta menghalalkan darah dan harta mereka.

Seorang Muslim juga tidak boleh mengikuti ajaran bahwa semua agama sama,  yaitu aliran yang mengatakan bahwa apa pun agama seseorang kelak akan masuk ke dalam surga. Paham-paham semacam itu adalah ekstremisme dalam pemikiran yang bersumber dari kesalahpahaman terhadap Al-Qur’an dan hadits, dan harus diperangi dengan ilmu. Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Menurut Hadratussyekh Muhammad Hasyim Asy’ari dalam Risalah Ahlis Sunnah wal Jama’ah, penyebab paling utama dari sebuah ajaran sesat yang mungkin saja menjadi benih-benih ekstremisme adalah kebodohan dalam masalah agama. Hal itu berporos pada dua hal: Pertama, tidak menguasai seluk beluk bahasa Arab dan berbagai gaya bahasa (asalib) dalam bahasa Arab KH Hasyim Asy’ari menegaskan bahwa sekian banyak orang tersesat dari jalan yang benar dikarenakan mengikuti pemahaman orang-orang yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang berbagai gaya bahasa dalam bahasa Arab.

Beliau menyatakan, Al-Ashmu’i meriwayatkan dari al Khalil dari Abu ‘Amr bin al ‘Ala’, ia berkata:

أَكْثَرُ مَنْ تَزَنْدَقَ بِالعِرَاقِ لِجَهْلِهِمْ بِالعَرَبِيَّةِ

Kebanyakan orang yang zindik di Irak disebabkan kebodohan mereka tentang bahasa Arab.”

Kedua, tidak memiliki perangkat keilmuan yang cukup   Ketika menjelaskan kewajiban bermazhab bagi orang awam, KH Hasyim Asy’ari menjelaskan bahwa pemahaman orang awam tidak diperhitungkan sama sekali, selama tidak sesuai dengan pemahaman para ulama besar. Karena sesungguhnya masalah bukan berada pada teks-teks Al-Qur’an ataupun hadits yang memang sahih, melainkan terletak pada pemahaman yang keliru terhadap teks-teks tersebut.

Oleh karenanya, setiap ahli bid’ah dan orang yang tersesat pun mengaku memahami ajaran-ajaran mereka yang batil dari Al-Qur’an dan hadits. Tetapi itu tidak menyelamatkan mereka dari kesalahan. Demikian penting kaedah ini untuk diikuti dan diamalkan, sehingga KH Hasyim Asy’ari menegaskan bahwa seseorang yang bukan mujtahid mutlak haruslah bertaklid kepada salah satu dari mazhab empat dan tidak boleh memahami sendiri dan mengambil langsung dari ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi.

Hadirin rahimakumullah,

Banyak sekali penyakit, racun dan wabah pemikiran yang sesat dan menyesatkan, penyebabnya adalah kebodohan dalam masalah agama dan mengikuti fatwa-fatwa aneh dan menyimpang dari sumber-sumber yang tidak jelas di masyarakat.  Kami mengingatkan kepada kita semua untuk menjauhi sikap melampaui batas dan jangan sampai kita terpengaruh dengan orang-orang yang ingin menjerumuskan kita ke dalam api neraka. Terutama mereka yang merayu kita untuk membunuh orang-orang tua, perempuan dan anak-anak atas nama agama dan menyebut pembunuhan keji itu sebagai jihad.

Kesemuanya itu hanya akan memuluskan keinginan musuh-musuh Islam dalam memecahbelah persatuan umat Islam dengan memakai tangan orang-orang Islam sendiri. Hadirin jamaah Jum’at rahimakumullah, Ekstremisme dan wasathiyyah (moderasi) adalah dua hal yang saling bertentangan. Memerangi ekstremisme dan terorisme tidak akan berhasil dilakukan kecuali dengan menyebarkan wasathiyyah. Jika cahaya wasathiyyah telah tersebar, maka api ekstremisme akan padam. Dan wasathiyyah itu adalah nilai-nilai ajaran Aswaja yang moderat.

Mendekatlah kepada para ulama yang moderat. Timbalah ilmu dari guru-guru yang betul-betul terpercaya dan bersanad serta berajaran Ahlussunnah wal Jama’ah Asy’ariyyah Maturidiyyah.

Hadirin yang dirahmati Allah, Demikian khutbah singkat pada siang hari yang penuh keberkahan ini. Semoga bermanfaat dan membawa barakah bagi kita semua. Amin.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

 

Khutbah II

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.      أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

 

Ustadz Nur Rohmad,

Pemateri/Peneliti di Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur dan Ketua Bidang Peribadatan & Hukum, Pengurus Daerah Dewan Masjid Indonesia Kab. Mojokerto

Sumber: NU Online

0 comments on “Khutbah Jum’at: Kebodohan Penyebab Ekstrimisme-Radikalisme

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *