nulamongan.or.id, Niat PCNU Lamongan untuk membangun pusat kegiatan keagaman akhirnya dimulai juga. Melalui Rois Syuriah PCNU Lamongan, KH Salim Azhar, Masjid NU Abdurrahman Wahid yang akan menjadi kebanggaan warga Nahdliyin di kota soto ini akhirnya dilakukan peletakan batu pertama. Acara ini diawali dengan beberapa pengarahan dari Rois Syuriyah pada hari Ahad (13/3) di Masjid yang semula merupakan wakaf dari H. Nursalim.
Dalam sambutannya, Kiai Salim, menyatakan bahwa peletakan batu pertama ini merupakan simbolis dimulainya pembangunan masjid NU KH Abdurrahman Wahid.
“Nantinya pembangunan masjid ini diharapkan dapat digunakan sebagai tempat ibadah sekaligus pusat kegiatan keagamaan NU maupun kegiatan positif lainnya,” ujar KH Salim Azhar.
Sebelum acara peletakan baru pertama, para kyai dan pengurus PCNU Lamongan dipimpin Rois Syuriah, KH Salim Azhar bersama kepala Desa melakukan ziarah ke makam Mbah Kaji Mujurono pendiri Desa Plosowahyu.
Dalam kesempatan tersebut, dalam pembukaannya Sekretaris PCNU Lamongan Imam Ghazali., juga mengungkapkan bahwa semua ini atas inisiatif para kiai dan juga ulama di Lamongan yang harus memberi nama masjid NU ini menjadi masjid KH Abdurrahman Wahid.
“Ya tentunya para kyai punya cara tersendiri, bagaimana masjid ini kemudian nantinya bisa menjadi kebanggaan warga NU pada khususnya serta masyarakat Lamongan pada umumnya,” tutur Imam Ghazali.
Imam Ghazali mentaksir bahwa pembangunan masjid akan menghabiskan biaya kisaran Rp 6 milyar. Ia berharap pada tahun 2023 seleruh pembangunan sudah selesai dan dapat digunakan sebagaimana fungsi dan manfaatnya.
“Hari ini sedang dimulai peletakan batu pertama, dan insya Allah akan kita tuntaskan sampai dengan tahun 2023,” ucapnya.
Menurutnya, nanti di sekitar masjid ini juga akan dibangun tempat-tempat lembaga Banom yang belum punya kantor. Yang kedua, kata dia, akan dibangun gerai-gerai semacam oleh-oleh Lamongan.
Sementara itu, Kepala Desa Plosowahyu Agus Susanto mengatakan, ziarah ke Makam Mbah Kaji Mujurono yakni pendiri Desa Plosowahyu ini diyakini satu angkatan dengan Mbah Syekh Alun (Mbah Lun) dan Sunan Deket (Syekh Hisyamudin) santri dari Sunan Giri.
“Intinya sosok mbah Kaji Mujurono pendiri Desa Plosowahyu bisa jadi pusat perhatian para kyai yang perlu disowani sebelum membangun masjid Gus Dur. Saya berharap pembangunan masjid ini nantinya bisa digunakan sebagaimana mestinya untuk masyarakat,” kata Agus